Jumat, 24 September 2010

AsKep Anak dengan Invaginasi


 

AsKep Anak dengan Invaginasi

Posted on Nopember 26, 2008 by vietha2008

 

PENDAHULUAN

 

Invaginasi atau intususepsi sering ditemukan pada anak dan jarang pada orang dewasa. Invaginasi pada anak biasanya bersifat ideopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Kebanyakan ditemukan pada kelompok umur 2 – 12 bulan dan sering ditemukan pada anak laki-laki.

 

DEFINISI

 

Invaginasi atau sering disebut juga intususepsi adalah keadaan, sebagian usus masuk ke dalam usus berikutnya. Biasanya bagian proksimal masuk ke distal, jarang terjadi sebaliknya.

 

C. KLASIFIKASI

 

Klasifikasi berdasarkan pada lokasi invaginasi:

 

1. Ileocaecal : Ileum masuk ke dalam colon ascendens pada katub ileocaecal.

 

2. Ileocolic : Ileum masuk ke dalam colon.

 

3. Colocolic : colon masuk ke dalam colon.

 

4. Ileo-ileo : usus kecil masuk ke dalam usus kecil.

 

D. ETIOLOGI

 

Penyebabnya belum diketahui pasti (idiopatik) diduga berupa infeksi virus pernafasan atas, peristaltic yang meningkat, divertikulum meckel (suatu duktus yang timbul dari ileum yang menutup pada ujung tali pusat tetapi tetap terbuka pada ujung usus), anak mulai makan makanan padat terlalu cepat.

 

Pada bayi usia lebih dari 3 tahun bias disebabkan factor mekanik seperti:

 

1. Meckel diverticulum

 

2. Polip pada intestinum

 

3. Lymposarcoma intestinum

 

4. Trauma tumpul pada abdominal

 

5. Hemangioma (www.emedicine.com, 2003)

 

D. TANDA DAN GEJALA

 

1. Nyeri perut hebat, mendadak, dan hilang timbul dalam waktu beberapa detik hingga menit dengan interval waktu 5-15 menit.

 

2. Pada bayi, anak sering muntah dan BAB bercampur darah dan lendir.

 

3. Nyeri kolik berat disertai dengan tangisan yang keras.

 

4. Muka pucat dan lemah

 

5. Pada dehidrasi, anak demam dan perut mengembung

 

6. Anak cepat marah, nafas dangkal, mendengkur, dan konstipasi

 

7. Anak sering menarik kaki ke atas perut dikarenakan nyeri yang diderita.

 

E. FAKTOR RISIKO

 

1. Pasien HSP (Purpura Henoch Schonlein)

 

2. CF (Fibrosis Cistik) berisiko jika mengalami dehidrasi

 

PATOFISIOLOGI

 

Infeksi Virus

 

 

Peristaltik bekerja secara berlebih

 

 

Bagian ileum terminalis masuk kedalam kolon

 

 

Invaginasi

 

 

Strangulasi pembuluh darah usus halus

 

 

Intususepsi

 

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

 

1. Darah : Leukosit meningkat, CRP meningkat, U & E

 

2. AXR : mencari usus kecil yang dilatasi dan tidak ada gas pada daerah caecum

 

3. Enema barium/udara/kontras larut air : diagnostic dan kuratif pada 75% anak

 

4. Foto Rontgen abdomen

 

H. PENATALAKSANAAN

 

Ø Hentikan masukan oral

 

Ø Jika terjadi dehidrasi, segera bawa ke Rumah Sakit untuk mendapatkan terapi cairan intravena secepatnya

 

Ø Reduksi merupakan gawat darurat

 

Enema terapeutik : menggunakan barium, udara, atau kontras larut air, tekanan dapat secara perlahan-lahan meningkatkan gaya balik usus yang mengalami intususepsi.

 

Enema terapeutik hanya akan digunakan jika riwayat intususepsi kurang dari 24 jam dan tidak ada tanda peritonitis dan dehidrasi berat.

 

Ø Reduksi Bedah

 

Jika enema terapeutik gagal atau merupakan kontraindikas

 

I. KOMPLIKASI

 

Ø Peritonitis

 

Ø Intususepsi lama bias menyebabkan syok

 

Ø Perforasi usus

 

ØKerusakan / kematian jaringan

 

ØInfeksi rongga perut, hingga menyebabkan kematian

 

 

ASUHAN KEPERAWATAN

 

I.Pengkajian

 

Ø Pola defekasi

 

Ø Pola makan anak

 

Ø Nyeri abdomen akut

 

Ø Anak muntah dan letargi

 

Ø Feses bercampur darah dan lendir

 

Ø Nyeri tekan abdomen

 

Ø Adanya distensi abdomen

 

II. Diagnosa Keperawatan

 

1. Kekurangan cairan berhubungan dengan mual muntah

 

Intervensi: a. Observasi tanda-tanda vital

 

b. Kaji riwayat nutrisi dan makanan yang disukai

 

c. Pantau intake dan output cairan sesuai dengan kebutuhan tubuh

 

d. Anjurkan banyak minum

 

e. Berikan cairan melalui IV

 

f. Tempatkan klien diruangan yang nyaman

 

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis: virus

 

Tujuan: Anak tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri atau menunjukkan ketidaknyamanan yang minimal

 

Intervensi: a. Tanyakan pada klien dimana daerah yang sakit

 

b. Tentukan tingkat nyeri dengan skala nyeri

 

c. Pada bayi, kaji tangisan, ekspresi wajah, postur dan gerakan tubuh

 

d. Kolaborasi dengan tim untuk pemberian analgesic

 

e. Tempatkan kklien di ruangan yang nyaman

 

3. Kerusakan integritas berhubungan dengan tidak adanya suplai darah ke jaringan

 

Tujuan:

 

è Klien menunjukkan penyembuhan luka

 

è Terbebas dari adanya lesi jaringan

 

Itervensi: a. Pantau keadaan umum klien

 

b. Kolaborasi tim untuk melakukan operasi

 

c. Tingkatkan kualitas koping social

 

d. kaji lokasi luas dan kedalaman luka pada anak

 

e. Ajarkan perawatan luka insisi pembedahan kepada keluarga

 

f. Ajarkan anggota keluarga/pemberi asuhan tentang tanda kerusakan kulit

 

g. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang makanan tinggi protein, mineral, kalori, dan vitamin

 

h. Inspeksi adanya kemerahan atau pembengkakan pada daerah insisi

 

4. Hipertensi berhubungan dengan dehidrasi

 

Intervensi: a. Berikan terapi kompres hangat

 

b. Kolaborasi dengan tim untuk pemberian obat penurun panas

 

c. Ciptakan lingkungan dan suasana yang nyaman untuk anak

 

 

Daftar Pustaka

 

http://dr-zapra.blogspot.com

 

www.pediatric.com

 

www.emedicine.com

 

Bresler, Michael John & George L. Sterbach. 2006. Kedokteran Darurat, edisi 6. EGC: Jakarta

 

Brought, Helen.dkk. 2008. Rujukan Cepat Pediatrik dan Kesehatan Anak. EGC: Jakarta

 

Donnal, Wong. 2004. Keperawatan Pediatrik. EGC: jakarta

 

DIarsipkan di bawah: Asuhan Keperawatan | Tagged: AsKep

« Teman Sejati AsKep Pada Bayi dengan Infeksi Neonatus HIV/AIDs »

Tidak ada komentar:

Posting Komentar